Senja Kedua: Memahamimu Penuh, Bersua Via Suara

Image result for radio vintage
(Foto diambil dari wallpaperstock)



Sejarah Radio
 
Radio ditemukan oleh seorang ilmuwan bernama Guglielmo Marconi tahun 1887. Melalui radiasi elektromagnetik dan modulasi, radio dipercaya untuk mengirim sinyal.  Akar ditemukannya radio berangkat dari penemuan Thomas Alfa Edison yaitu gramofon. Dilanjutkan dengan Helmholtz Hertz dan James Clerk Maxwell yang berhasil menemukan gelombang radio melalui riset mereka mengenai gelombang elektromagnetik. Dalam era peperangan, terutama dalam Perang Dunia Pertama, radio berperan penting sebagai penyedia sumber informasi melalui sandi morse.

Pada awal kemunculannya, radio menjadi pusat perhatian para ilmuwan sebab suara bahkan musik dengan mudahnya disalurkan ke publik dengan sistem AT & T. Radio dalam era awal kemunculannya berjenis AM (Amplitude Modulation). Radio AM adalah jenis radio yang menggunakan prinsip kerja modulasi gelombang radio dan audio, sedangkan radio FM (frequency modulation) adalah jenis radio yang memodulasi frekuensi gelombang radio.


Stasiun radio pertama dibangun oleh Reginald Aubrey Fessenden di Amerika Serikat. Saat itu ia menggunakan sistem radio AM untuk stasiun radionya. Sebelum adanya stasiun radio, teknologi radio hanya digunakan untuk telegram wireless. Setelah zaman radio AM dan FM, muncul jenis radio satelit. Radio ini mentransmisikan gelombang radio memakai sinyal digital. Sinyal digital ini berbeda dengan sinyal analog pada radio AM dan FM yang bersifat kontinu. Radio berdefinisi tinggi atau HD merupakan jenis radio digital yang prinsip kerjanya menggabungkan radio analog dan digital. Dengan konsep radio HD ini, stasiun digital dan stasiun analog bisa berbagi frekuensi yang sama dalam satu waktu.


Indonesia memiliki stasiun radio negara bernama RRI atau Radio Republik Indonesia. RRI didirikan di tahun 1945 oleh para tokoh perjuangan yang juga aktif mengembangkan stasiun radio di zaman penjajahan Jepang. Abdulrahman Saleh adalah pemimpin umum RRI yang pertama, namun RRI bukanlah stasiun radio pertama di melainkan BRV atau Bataviase Radio Vereniging di Batavia (Jakarta). Kehadiran stasiun radio ini juga menjadi sejarah kota Jakarta. Stasiun radio ini dibangun pada 1925.


Radio di Indonesia berkembang menjadi empat jenis, yaitu:


1. Radio Publik dan Pemerintah

Pemerintah memiliki kekuasaan secara tegas terhadap badan radio jenis ini. Satu departemen diberi wewenang dalam pengelolaanya. Contoh dari Radio Publik dan Pemerintah adalah Radio Rakyat Indonesia atau yang biasa dikenal dengan sebutan RRI

2. Radio Swasta

Radio jenis ini dimiliki oleh beberapa orang saja dan tidak jarang difungsikan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan dunia komersil seperti mengiklankan berbagai macam produk dan event, radio jenis ini adalah radio yang paling sering kita dengarkan seperti jika sedang bosan di rumah atau sambil menikmati perjalanan didalam mobil karena daya tarik nya yang tinggi dan konten nya yang sebagian besar menarik bagi segala kalangan. Contoh dari Radio Swasta antara lain Prambors, Gen FM, Geronimo FM, Pop FM

3. Radio Komunitas

Radio jenis ini dibangun oleh warga atau suatu komunitas bersama-sama dan menjadi media komunikasi massa, baik bagi anggota maupun non-anggota komunitas tersebut. Contoh dari Radio Komunitas adalah Radio milik UAJY yang bernama AJR (Atma Jaya Radio).

4. Radio Berlangganan

Radio ini cukup berbeda dengan ketiga jenis lainnya. Hal yang membedakan ialah seseorang harus menggunakan jasa penyiaran berlangganan terlebih dahulu agar bisa menikmati sajian dari radio jenis ini, dan ternyata radio ini adalah badan hukum Indonesia yang berbentuk lembaga penyiaran. Namun sebelum mengudara, konten-konten radio jenis ini harus mendapatkan izin penyelenggaraan penyiaran berlangganan. Lembaga penyiaran sendiri terdiri dari beberapa bagian seperti melalui satelit, kabel, ataupun terestrial, selain itu lembaga ini wajib menyeleksi semua konten yang akan disiarkan sebelum dinikmati para pendengar.


Perkembangan Radio di Indonesia:


Zaman Hindia Belanda


Perkembangan radio di Indonesia dimulai dari Zaman Hindia Belanda dimana berdirinya Bataviasche Radio Vereniging (BRV) di Jakarta pada tanggal 16 Juni 1925. Sejak berdirinya BRV, mulailah bermunculan  badan-badan radio lainnya seperti Nederlandsch Indsiche Radio Omroep Mij (NIROM) di Jakarta, Bandung, dan Medan.

Di Surakarta berdiri Solossche Radio Vereniging (SRV), dilanjutkan dengan berdirinya Mataramse Vereniging Noor Radio Omroep (MAVRO) di Yogyakarta. SRV sendiri merupakan pelopor dari merintis nya radio siaran milik bangsa Indonesia yang didirikan oleh Mangkunegoro VII dan Sarsito Mangunkusumo pada 1 April 1933. Dan oleh usaha M. Sutajo Kartohadikusumo dan Sarsito Mangunkusumo pada 29 Maret 1937, berdirilah Perikatan Perkumpulan Radio Ketimuran (PPRK) di Bandung yang bertujuan untuk memajukan kesenian dan kebudayaan nasional.

Zaman Jepang


 Kemunduran mulai dialami perkembangan radio karena pemerintah pendudukan Jepang berlaku ketat dalam mengatur penyelenggaraan radio siaran, yaitu diatur oleh Hoso Kantri Kyoku, yang mana adalah pusat bagi radio siaran dan Jakarta menjadi tempat kedudukanya. Bandung, Purwakarta, Yogya, Semarang, Surabaya, dan Malang menjadi cabang-cabang dari Hosa Kyoku.

 Semua radio dimanfaatkan untuk kepentingan militer jepang, tetapi seiring dengan majunya kebudayaan dan kesenian berakibat rakyat mendapat kesempatan untuk mengembangkannya melalui munculnya seniman-seniman dan pencipta lagu-lagu Indonesia baru.

Zaman Kemerdekaan


Pada 10 September 1945 para pemimpin radio siaran bertemu untuk membahas belum terorganisirnya radio siaran pada awal kemerdekaan, dan berujung dengan disepakatinya didirikan radio siaran bernama Radio Republik Indonesia (RRI) pada 11 September 1945. Pada awal didirikan, RRI memiliki 8 stasiun di delapan kota di Jawa yang mana adalah bekas dari Hoso Kyoku. Peran RRI sangat penting dalam masa itu yakni memberikan informasi-informasi perjuangan kepada bangsa Indonesia, dan yang paling penting adalah menggelorakan semangat kejuangan.


Zaman Orde Baru


RRI menjadi satu-satunya radio siaran di Indonesia yang dimiliki dan dikontrol oleh pemerintah sampai akhir tahun 1996. Perubahan politik mengakibatkan tidak sedikitnya perubahan dalam masyarakat, tentu dengan beralihnya pemerintahan Orde Lama menjadi pemerintahan Orde Baru, dan ini menjadi kesempatan bagi para amatir untuk mengadakan siaran. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1970 tentang Radio siaran non-pemerintah yang dikeluarkan tahun 1970 memuat tentang fungsi sosial yang harus diterapkan radio siaran non-pemerintah.

 Total radio siaran non-pemerintah mencapai sebanyak 330 stasiun pada tahun 1974. Jumlah nya meningkat dan terus meningkat, pada tahun 1982 meningkat menjadi 405 stasiun, dan di awal 1990 jumlah nya mencapai 449 stasiun, yang terdiri dari 403 stasiun dalam gelombang AM dan 46 stasiun pada gelombang FM.
 Karena menyadari akan pentingnya peran stasiun radio siaran swasta niaga dalam masyarakat, sejak tahun 1974 didirikan satu wadah yang disebut Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI)
 RRI mengembangkan jangkauan nya sampai ke pelosok-pelosok tanah air sebagai stasiun radio milik pemerintah dan satu-satunya radio siaran yang berjaringan di seluruh Indonesia, beberapa pembangunan di stasiun regional telah dilakukan oleh pemerintah. Pada tahun 1989, tercatat satu Stasiun Nasional yang berkedudukan di Jakarta, lima Stasiun Regional yang berkedudukan di Yogyakarta, Medan, Banjarmasin, Ujung pandang, dan Irian Jaya, 26 Stasiun Regional I di ibu kota provinsi dan 17 Stasiun Regoinal II di ibu kota-ibu kota kabupaten. Pembagian akses penyiaran radio pun menjadi rata.

Kini Multi Media Training Center (MMTC) menunjang posisi RRI dengan tujuan untuk mendidik dan melatih para karyawan. Juga dalam penyiaranya RRI didukung oleh Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) Palapa.


Perkembangan Tingkat Pendengar Radio


Jumlah pendengar setia radio mengalami peningkatan dan penurunan yang cukup signifikan, Generasi X (35-49 tahun) menjadi puncak dari tingkat pendengar radio yaitu sebanyak 18 jam dalam sehari, sedangkan Generasi Z (10-14 tahun) menjadi titik dimana jumlah pendengar radio menurun dengan drastis yaitu sebanyak 13 jam dalam sehari.

Generasi Baby Boomer (50-65 tahun) yang mendengarkan sebanyak 17 jam 20 menit dalam sehari, Generasi Silent Generation (65 tahun keatas) yang mendengarkan sebanyak 16 jam 22 menit sehari, dan Generasi Milenial (15-34 tahun) yang mendengarkan radio sebanyak 15 jam 37 menit dalam sehari berada di urutan tengah antara Generasi X dan Generasi Z.

Radio di Masa Mendatang


Di masa mendatang diharapkan bahwa radio dapat terus berkembang dan bertahan mengikuti perkembangan zaman namun tidak kehilangan ciri khas nya, melalui teknologi yang semakin canggih diharapkan radio dapat semakin canggih pula melalui peningkatan kualitas siaran, konten-konten yang semakin beragam menyesuaikan selera atau tren yang dinamis, dan tetap memberitakan info-info terkini seperti sejatinya radio sebagai sarana penyalur informasi.

Hasil Wawancara dengan Radio Komunitas
 Berdasarkan hasil wawancara dengan Fitri Rahmawati Syah, yang akrab disapa Kak Fitri, mahasiswi sekaligus penyiar MMTC Radio, radio di jaman sekarang masih sangat diperlukan. Meskipun banyak orang beralih ke televisi atau media digital untuk mendapatkan informasi, tidak dapat dipungkiri bahwa ada orang yang masih mempercayai radio. MMTC Radio adalah radio komunitas Sekolah Tinggi Multi Media ‘Multi Media Training Center’ (STMM MMTC) yang berlokasi di Jl. Magelang km 6 dengan frekuensi 107.7 FM, 2.5 km jangkuannya dari pemancar. Seiring berkembangnya jaman, MMTC Radio yang sebelumnya hanya bisa diakses dari radio, sekarang dapat diakses juga secara streaming di http://radio.mmtc.ac.id. Mengikuti perkembangan media sosial, agar eksistensinya masih dapat diterima oleh semua kalangan, terutama targetnya yakni kaum muda dengan usia 17 hingga 24 tahun, MMTC Radio menggunakan Instagram dan Line Official untuk mempublikasikan acara- acara hingga bintang tamu dari acara siaran tersebut. Selain itu, dengan membuat kualitas siaran radio lebih menarik dengan mewajibkan penyiar lebih interaktif, membagikan voucher, serta mempromosikan berbagai acara di Yogyakarta menjadi strategi MMTC Radio untuk mempertahankan dan menambah ketertarikan para pendengarnya. Menurut Kak Fitri, radio masih dapat bertahan dan berkembang di kalangan generasi muda dengan tetap membuat program siaran yang menarik, interaktif, dan kreatif disesuaikan selera generasi muda dan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak sehingga stasiun radio tersebut lebih dikenal masyarakat luas dan dipercaya generasi muda sebagai sumber informasi yang akurat namun juga menghibur.

Studi Kasus tentang Radio


GENERASI Z DAN MILLENIAL PENDENGAR SETIA RADIO?

 "Youtube lebih dari TV", ungkapan singkat yang menjadi alasan mendasar mengapa orang percaya radio kalah telak di era kemajuan teknologi ini. Bagaimana tidak, youtube sebagai media sosial yang secara efektif dan efisien mencakup semua aspek gambar, suara, video, tulisan, atau apapun. Alat komunikasi yang hanya punya satu aspek penting tentu akan kalah dengan youtube atau media sosial lain yang berbasis internet. Siapa di dunia yang tidak kecanduan youtube? Bahkan anak kecil zaman sekarang kalau ditanya soal cita-cita pasti jawabannya pingin jadi youtubers. Bisa dilihat bahwa media sosial dan youtube sudah mengambil alih perhatian dunia. Jangan tanya soal radio, TV saja kalah dengan youtube, bukan? Youtube bisa membuat radio dari versinya sendiri.
 dilansir dari situs Nielsen.com, sebuah riset dari Temuan Nielsen Radio Audio Measurement mengungkapkan bahwa asusmi pendengar radio adalah orang-orang yang sudah berumur itu salah! Hasil temuannya pada tahun 2016 mencatat 57% pendengar radio adalah mereka yang berasal dari generasi Z dan millenials. Alasannya sangat mendasar, walaupun dunia sudah hebat dengan internet, sekarang dikenal media streaming dimana generasi Z dan millenials banyak meluangkan waktu mereka untuk mendengar radio lewat streaming melalui ponsel.
 Memang masalah jam mendengar selama satu minggu, yang menduduki peringkat tetringgi adalah mereka yang berada pada generasi X (35-49 tahun) sebanyak lebih dari 18 jam. Sedangkan untuk generasi millenials dan generasi Z rentan 13-15 jam seminggu. Radio tidak lagi didengarkan melalui radio tape saja, tetapi kini perilaku pendengar telah berubah menjadi mengedepankan teknologi dan fleksibelitas dalam mendengarkan radio. Radio kini berangkat menjadi media yang lebih personal bagi para pendengarnya.
 Rumah masih menjadi tempat utama untuk mendengarkan radio, bagi 96% pendengar radio. Mobil merupakan tempat yang potensial bagi para pendengar radio namun, jumlah pendengar yang mendengarkan radio dari mobil hanya mencapai 1,8 juta orang di riset tahun 2016 ini. Jadi, dengan adanya internet sekalipun tidak menutup kemungkinan bagi beberapa orang untuk tetap mendengarkan radio, karena media streaming juga bisa sebagai jembatan untuk mendegar radio secara online. Kesimpulannya, eksistensi radi sampai saat ini masih tinggi dan untuk tahun-tahun ke depannya karena radio bisa mengikuti dinamika perkembangan zaman.
Dengan ini kami berusaha menjelaskan website seperti apa yang jadi sumber studi kasus kami. Jadi, Nielsen RAM merupakan survey pengukuran kependengaran radio terhadap + 8,400 orang berusia 10 tahun keatas di 11 kota di Indonesia (Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Semarang, Surakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Makassar dan Banjarmasin). Informasi yang dihasilkan merupakan data terkait jumlah dan demografi dari pendengar radio serta tren dan habbit mendengarkan mereka.


Berikut adalah beberapa quizlet yang kami sediakan untuk mempermudah sobat senja memahami teman kita yang bersua via suara, radio!

Setelah bersama-sama memahami dengan penuh mengenai teman kita yaitu radio, ada baiknya kita mengingat-ingat apa yang baru saja kita pelajari, simak quizlet berikut!


1.      Radio jenis apa yang memungkinkan stasiun digital dan stasiun analog berbagi frekuensi yang sama dalam satu waktu? Radio berdefinisi HD
2.      Apakah dalam peran dunia pertama, radio menjadi sumber informasi yang utama? Iya
3.      Siapa penemu radio, sebutkan nama lengkapnya. Guglielmo Marconi
4.      Apa yang membedekan radio AM & FM? Radio AM adalah jenis radio yang menggunakan prinsip kerja modulasi gelombang radio dan audio, sedangkan radio FM (frequency modulation) adalah jenis radio yang memodulasi frekuensi gelombang radio
5.      Radio yang dibangun oleh sekelompok individu secara bersama-sama, memiliki tujuan yang sama dan menjadi komunikasi massa adalah pengertian dari? Radio Komunitas
6.      Radio Indovision termasuk ke dalam? Radio Berlangganan
7.      Apakah “streaming” termasuk ke dalam konteks radio? Tidak, karena yang termasuk dalam konteks radio adalah yang menggunakan radio transistor
8.      Radio satelit muncul setelah Radio AM/FM atau Radio AM/FM yang muncul setelah kehadiran radio satelit? Radio satelit muncul setelah Radio AM dan FM
9.      Apakah teknologi radio dapat digunakan untuk telegram wireless? Iya
10.  Siapa yang membangun stasiun radio pertama di Amerika Serikat? Reginald Aubrey Fessenden
11.  Siapa penemu gelombang modulasi frekuensi modern radio yang diperkenalkan pada tahun 1933? Edward Howard Armstrong.
12.  Di seluruh dunia, berapa jumlah pemilik radio? Menurut data UNESCO, 95 persen orang di seluruh dunia memiliki radio.
13.  Sebutkan salah satu cara mempertahankan eksistensi radio di era digital! Memperkenalkan radio tersebut di media sosial misalnya Line atau Instagram supaya generasi muda tertarik mendengarkan radio.
14.  Apakah generasi Z sudah banyak yang tidak mendengarkan radio? Tidak, dikutip dari data Nielsen.com, generasi Z masih banyak yang mendengarkan radio.
15.  Apakah sebuah radio komunitas yang belum terdaftar resmi dapat disebut sebagai 'radio yang sebenarnya'? Tidak.
16.  Apa guna radio pada masa Perang Dunia ke-2? Untuk menyampaikan perintah dan melancarkan komunikasi antara Angkatan Udara dan Angkatan Laut.
17.  Dimana radio komersial pertama didirikan? Pennsylvania.
18.  Apa arti dari radio adalah Theater Of Mind? Artinya radio adalah media yang dapat membuat pendengarnya bebas berimajinasi sebab radio tidak menyuguhkan informasi secara visual, melainkan hanya audio.
19.  Kapan Indonesia memperingati Hari Radio Nasional? 11 September.
20.  Termasuk dalam jenis apakah RRI? Radio Publik/ Pemerintah.


Referensi:

Dominick, Joseph R. 2004. The Dynamics of Mass Communications: Media in the Digital Age. United States: Mc Graw-Hill.

RG. 2018. Sejarah Singkat Perkembangan Radio.
diakses dari http://www.kpi.go.id/index.php/id/umum/38-dalam-negeri/34250-sejarah-perkembangan-radio, pada tanggal 18 Februari 2018, pukul 19.00

Effendi, Ochong Uchjana. 2003. Ilmu Teori Dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Cipta Aditya Bakti.

Sasmita. 2013. Perkembangan Radio di Indonesia Pesat Pasca Orde Baru.

Mojo. 2017. Pendengar Radio dari Generasi ke Generasi .
diakses dari https://tirto.id/pendengar-radio-dari-generasi-ke-generasi-cwnn, pada tanggal 19 Februari 2018, pukul 20.16


Lubis, Mila. 2016. Radio Masih Memiliki Tempat di Hati Pendengarnya
diakses dari http://www.nielsen.com/id/en/press-room/2016/RADIO-MASIH-MEMILIKI-TEMPAT-DI-HATI-PENDENGARNYA.html, pada tanggal 21 Februari 2018, pukul 21.35




Komentar

Postingan Populer